Minggu, 15 Januari 2012

Staging Headphone vs Speaker

Saya buat post ini untuk menjawab pertanyaan beberapa visitors (dari blog), friends d social network, dan IHEAC mengenai staging headphone vs speaker.

Kalo bicara jujur, secara alami, jelas speaker-lah yang lebih bisa bikin staging. Mengapa?
Mari kita bahas sepintas...

Anggap kita sedang nonton konser. Kita duduk di tengah. Penyanyi tepat di depan kita. Di kiri ada pemain gitar, di kanan ada pemain bass, di belakangnya pemain drum. Dang ding deng... nyanyi deh tuh beserta pemain musiknya... dang dung dung...

Logically, ketika pemain gitar yang berada di kiri memainkan gitarnya... telinga kiri kita akan mendengar suara gitar lebih keras dari telinga kanan. Telinga kiri juga akan mendengar suara sepersekian detik lebih dulu dari telinga kanan (prinsip jarak antara source ke destination, telinga kiri lebih dekat ke pemain gitar di kiri). Setuju?

Sebaliknya ketika pemain bass di sebelah kanan membetot bassnya, telinga kanan kita akan denger lebih kenceng dibanding telinga kiri. Telinga kanan juga akan mendengar suara sepersekian detik lebih dulu dari telinga kiri (prinsip jarak antara source ke destination, telinga kanan lebih dekat ke pemain bass di kanan). Setuju?

Ini merupakan sifat natural dari suara dan kondisi kita saat mendengarkan musik. Apakah saat kita nonton konser itu yang main gitar tepat di sebelah kiri kita kayak orang bisik2? No way kan?

Jadi sebenarnya pemanfaatan headphone sangatlah buruk untuk urusan staging. Mengapa? Karena pada headphone, apa yang didengar oleh telinga kiri tidak ikut terdengar oleh telinga kanan (dan juga sebaliknya). Ini merupakan sifat alamiah yang sangat tidak natural. Bagi beberapa orang yang tidak terbiasa, efek ini bisa membuat pusing (karena otak tidak terbiasa mendengar/menerima impuls dalam waktu lama yang tidak sinkron - telinga kiri dan kanan menerima sinyal yang berbeda jauh - mungkin mirip dengan kenyamanan seseorang yang bisa terganggu ketika telepon lama2 - terlepas dari teleponnya anget kalo dipake lama).

Jadi apakah headphone lebih jelek dari speaker? Tunggu dulu...

Para ilmuwan menemukan alternatif bahwa mereka bisa mengemulasi efek yang terjadi pada speaker untuk diaplikasikan pada headphone. Coba liat headphone amplifier sangat banyak yang menyertakan feature crossfeed atau pada software/soundcard sering ditemukan istilah headphone virtualization atau HRTF (Head Related Transfer Function).

Sebenarnya yang dilakukan efek ini cukup sederhana... mereka mempelajari dispersi suara berdasarkan frekuensi dan melakukan blending sehingga ada bagian suara dari headphone sebelah kiri yang juga dikirim ke headphone sebelah kanan (dan juga sebaliknya) dengan diberikan perbedaan timing waktu (delay) dan juga tingkat loudness yang berbeda. Hal ini sudah kita bahas pada contoh sebelumnya pada live concert di mana telinga kiri dan kanan mendengar musik dengan tingkat kekerasan yang berbeda dan juga timing yang tidak sama.

Fungsi-fungsi inilah yang membuat headphone juga bisa menghadirkan efek staging... beberapa soundchip seperti CMedia atau Realtek bahkan menyediakan demo yang bisa membuat suara berputar ke depan belakang atas bawah (demo efek HRTF mereka).

So? Pilih speaker atau headphone untuk staging?

Basically, secara alami, speaker jelas sudah kodratnya mampu menghadirkan staging dan suasana live. Di mana ada banyak instrumen dan layering panggung yang membutuhkan depth, tidak hanya width saja. Efek alami di mana suara dari speaker kiri (dan juga kanan) akan terdengar di telinga kiri dan kanan (walaupun berbeda tingkat kekerasan dan juga timing) juga sudah pasti bisa disediakan oleh speaker tanpa perlu memusingkan kualitas algoritma virtualization-nya. So asalkan speakernya bagus, sudah pasti staging tambah "wah"... sebaliknya headphone bagus tidaklah cukup... mesti ada bantuan algoritma HRTF yang bagus juga agar stagingnya juga bisa ikut "wah"....

Headphone dengan teknologi virtualization-nya juga tidak kalah. Namun ini kembali ke algoritma virtualization-nya sehebat apa (masing-masing develop sendiri, ada Dolby, ada Creative, ada Sensaura, ada Aureal, etc)? Creative sendiri konon mengambil algoritma Aureal yang memang salah satu algoritma HRTF yang bagus di masanya. Di sisi lain, kalo untuk mendengarkan detail separasi (misal lagi main game macam CS, di mana kita mau mendengar langkah kaki lawan), dengan headphone akan jauh lebih baik karena kita bisa mendengar lebih fokus (justru dalam kondisi ini akan lebih baik jika telinga yang mendengar adalah salah satu saja - agar otak lebih mudah mencerna sebenarnya musuh ada di kanan atau di kiri). Ini juga salah satu bagian dari efek staging, namun agak berbeda dibandingkan dengan aplikasi musik live seperti contoh speaker di atas.

Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa headphone sedang "mengejar" speaker dalam hal menghadirkan staging dan headphone yang bagus tanpa algoritma virtualization yang oke adalah mubazir. Tidak heran jika para pembuat algoritma ini menjadikan speaker sebagai acuan dalam pembuatan algoritma virtualization mereka... So? apakah yang dikejar harusnya yang lebih baik? Silakan dijawab sendiri...

Semoga enggak pada bingung lagi ributin bagusan mana stagingnya hehehe...

1 komentar:

  1. NIce post! Keren banget! Kalau aku pakai headphone untuk ngecek noise agar lebih akurat plus ngecek low frequency suatu lagu. Moga aja ke depan nanti ada algoritma yang bisa mendekati sempurna. :)

    Mampir gan ke blog audio saya:
    http://www.rekamlagu.id

    BalasHapus