When talk turns to religion
I have notions of my own
Have my versions of the Bible
And things I think alone.
And I find them satisfying,
Find them comforting to me,
Though I wouldn't lose my temper
If you chose to disagree.
For religion as I see it
Is a pathway to the goal,
And its something to be settled
Between each man and his soul.
Now I'm not a Protestant,
But I wouldn't go so far
As to fling away the friendship
Of the ones I know that are.
I've lived and neighbored with them
Come to love them through and through
I've respect and admiration
For the kindly things they do.
I've known Roman Catholic, Methodists, Baptists,
Scientists, Jews, Buddhism, Moslems, Buddhism
Whose friendship is a treasure
That I wouldn't want to lose.
So when the people talk religion,
I just settle back and see
Every helpful, loyal friend
Each religion has given me.
Senin, 23 Januari 2012
Kasih Tuhan
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak kaya…
Lalu Dia menunjukkan seorang pria dengan banyak harta, tetapi hidup kesepian, dan tidak memiliki siapapun untuk berbagi.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak tampan...
Lalu Dia menunjukkan seorang pria dengan ketampanan yang melebihi lainnya, tetapi memiliki karakter yang buruk.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia membiarkan aku menjadi tua…
Lalu Dia menunjukkan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun sedang terbujur kaku, meninggal karena kecelakaan mobil.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak memiliki rumah besar…
Lalu Dia menunjukkan sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang, baru saja diusir dari rumah yang kecil sesak…dan terpaksa tinggal dijalanan.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku harus bekerja…
Lalu Dia menunjukkan seorang pria, yang tidak bisa menemukan satu pekerjaan pun, karena tidak memiliki kesempatan untuk belajar membaca.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak menjadi orang terkenal…
Lalu Dia menunjukkan seseorang yang memiliki banyak sahabat, tetapi semuanya pergi ketika orang itu tidak memiliki harta lagi.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak pintar…
Lalu Dia menunjukkan seorang yang terlahir jenius, tetapi dipenjara karena menyalahgunakan kepintarannya untuk kejahatan.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia begitu sabar dengan orang yang tidak bisa bersyukur seperti aku…
Dia lalu menunjukkan AlkitabNya…Dia menunjukkan AnakNya, yang telah mengambil alih tempatku di Kalvari.
Aku tahu sekarang betapa besar Ia mengasihiku…
Dan itu cukup bagiku untuk menyenangkan hatiNYA
Lalu Dia menunjukkan seorang pria dengan banyak harta, tetapi hidup kesepian, dan tidak memiliki siapapun untuk berbagi.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak tampan...
Lalu Dia menunjukkan seorang pria dengan ketampanan yang melebihi lainnya, tetapi memiliki karakter yang buruk.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia membiarkan aku menjadi tua…
Lalu Dia menunjukkan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun sedang terbujur kaku, meninggal karena kecelakaan mobil.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak memiliki rumah besar…
Lalu Dia menunjukkan sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang, baru saja diusir dari rumah yang kecil sesak…dan terpaksa tinggal dijalanan.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku harus bekerja…
Lalu Dia menunjukkan seorang pria, yang tidak bisa menemukan satu pekerjaan pun, karena tidak memiliki kesempatan untuk belajar membaca.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak menjadi orang terkenal…
Lalu Dia menunjukkan seseorang yang memiliki banyak sahabat, tetapi semuanya pergi ketika orang itu tidak memiliki harta lagi.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak pintar…
Lalu Dia menunjukkan seorang yang terlahir jenius, tetapi dipenjara karena menyalahgunakan kepintarannya untuk kejahatan.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia begitu sabar dengan orang yang tidak bisa bersyukur seperti aku…
Dia lalu menunjukkan AlkitabNya…Dia menunjukkan AnakNya, yang telah mengambil alih tempatku di Kalvari.
Aku tahu sekarang betapa besar Ia mengasihiku…
Dan itu cukup bagiku untuk menyenangkan hatiNYA
Minggu, 15 Januari 2012
Staging Headphone vs Speaker
Saya buat post ini untuk
menjawab pertanyaan beberapa visitors (dari blog), friends d social network, dan
IHEAC mengenai staging headphone vs speaker.
Kalo bicara jujur, secara alami, jelas speaker-lah yang lebih bisa bikin staging. Mengapa?
Mari kita bahas sepintas...
Anggap kita sedang nonton konser. Kita duduk di tengah. Penyanyi tepat di depan kita. Di kiri ada pemain gitar, di kanan ada pemain bass, di belakangnya pemain drum. Dang ding deng... nyanyi deh tuh beserta pemain musiknya... dang dung dung...
Logically, ketika pemain gitar yang berada di kiri memainkan gitarnya... telinga kiri kita akan mendengar suara gitar lebih keras dari telinga kanan. Telinga kiri juga akan mendengar suara sepersekian detik lebih dulu dari telinga kanan (prinsip jarak antara source ke destination, telinga kiri lebih dekat ke pemain gitar di kiri). Setuju?
Sebaliknya ketika pemain bass di sebelah kanan membetot bassnya, telinga kanan kita akan denger lebih kenceng dibanding telinga kiri. Telinga kanan juga akan mendengar suara sepersekian detik lebih dulu dari telinga kiri (prinsip jarak antara source ke destination, telinga kanan lebih dekat ke pemain bass di kanan). Setuju?
Ini merupakan sifat natural dari suara dan kondisi kita saat mendengarkan musik. Apakah saat kita nonton konser itu yang main gitar tepat di sebelah kiri kita kayak orang bisik2? No way kan?
Jadi sebenarnya pemanfaatan headphone sangatlah buruk untuk urusan staging. Mengapa? Karena pada headphone, apa yang didengar oleh telinga kiri tidak ikut terdengar oleh telinga kanan (dan juga sebaliknya). Ini merupakan sifat alamiah yang sangat tidak natural. Bagi beberapa orang yang tidak terbiasa, efek ini bisa membuat pusing (karena otak tidak terbiasa mendengar/menerima impuls dalam waktu lama yang tidak sinkron - telinga kiri dan kanan menerima sinyal yang berbeda jauh - mungkin mirip dengan kenyamanan seseorang yang bisa terganggu ketika telepon lama2 - terlepas dari teleponnya anget kalo dipake lama).
Jadi apakah headphone lebih jelek dari speaker? Tunggu dulu...
Para ilmuwan menemukan alternatif bahwa mereka bisa mengemulasi efek yang terjadi pada speaker untuk diaplikasikan pada headphone. Coba liat headphone amplifier sangat banyak yang menyertakan feature crossfeed atau pada software/soundcard sering ditemukan istilah headphone virtualization atau HRTF (Head Related Transfer Function).
Sebenarnya yang dilakukan efek ini cukup sederhana... mereka mempelajari dispersi suara berdasarkan frekuensi dan melakukan blending sehingga ada bagian suara dari headphone sebelah kiri yang juga dikirim ke headphone sebelah kanan (dan juga sebaliknya) dengan diberikan perbedaan timing waktu (delay) dan juga tingkat loudness yang berbeda. Hal ini sudah kita bahas pada contoh sebelumnya pada live concert di mana telinga kiri dan kanan mendengar musik dengan tingkat kekerasan yang berbeda dan juga timing yang tidak sama.
Fungsi-fungsi inilah yang membuat headphone juga bisa menghadirkan efek staging... beberapa soundchip seperti CMedia atau Realtek bahkan menyediakan demo yang bisa membuat suara berputar ke depan belakang atas bawah (demo efek HRTF mereka).
So? Pilih speaker atau headphone untuk staging?
Basically, secara alami, speaker jelas sudah kodratnya mampu menghadirkan staging dan suasana live. Di mana ada banyak instrumen dan layering panggung yang membutuhkan depth, tidak hanya width saja. Efek alami di mana suara dari speaker kiri (dan juga kanan) akan terdengar di telinga kiri dan kanan (walaupun berbeda tingkat kekerasan dan juga timing) juga sudah pasti bisa disediakan oleh speaker tanpa perlu memusingkan kualitas algoritma virtualization-nya. So asalkan speakernya bagus, sudah pasti staging tambah "wah"... sebaliknya headphone bagus tidaklah cukup... mesti ada bantuan algoritma HRTF yang bagus juga agar stagingnya juga bisa ikut "wah"....
Headphone dengan teknologi virtualization-nya juga tidak kalah. Namun ini kembali ke algoritma virtualization-nya sehebat apa (masing-masing develop sendiri, ada Dolby, ada Creative, ada Sensaura, ada Aureal, etc)? Creative sendiri konon mengambil algoritma Aureal yang memang salah satu algoritma HRTF yang bagus di masanya. Di sisi lain, kalo untuk mendengarkan detail separasi (misal lagi main game macam CS, di mana kita mau mendengar langkah kaki lawan), dengan headphone akan jauh lebih baik karena kita bisa mendengar lebih fokus (justru dalam kondisi ini akan lebih baik jika telinga yang mendengar adalah salah satu saja - agar otak lebih mudah mencerna sebenarnya musuh ada di kanan atau di kiri). Ini juga salah satu bagian dari efek staging, namun agak berbeda dibandingkan dengan aplikasi musik live seperti contoh speaker di atas.
Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa headphone sedang "mengejar" speaker dalam hal menghadirkan staging dan headphone yang bagus tanpa algoritma virtualization yang oke adalah mubazir. Tidak heran jika para pembuat algoritma ini menjadikan speaker sebagai acuan dalam pembuatan algoritma virtualization mereka... So? apakah yang dikejar harusnya yang lebih baik? Silakan dijawab sendiri...
Semoga enggak pada bingung lagi ributin bagusan mana stagingnya hehehe...
Kalo bicara jujur, secara alami, jelas speaker-lah yang lebih bisa bikin staging. Mengapa?
Mari kita bahas sepintas...
Anggap kita sedang nonton konser. Kita duduk di tengah. Penyanyi tepat di depan kita. Di kiri ada pemain gitar, di kanan ada pemain bass, di belakangnya pemain drum. Dang ding deng... nyanyi deh tuh beserta pemain musiknya... dang dung dung...
Logically, ketika pemain gitar yang berada di kiri memainkan gitarnya... telinga kiri kita akan mendengar suara gitar lebih keras dari telinga kanan. Telinga kiri juga akan mendengar suara sepersekian detik lebih dulu dari telinga kanan (prinsip jarak antara source ke destination, telinga kiri lebih dekat ke pemain gitar di kiri). Setuju?
Sebaliknya ketika pemain bass di sebelah kanan membetot bassnya, telinga kanan kita akan denger lebih kenceng dibanding telinga kiri. Telinga kanan juga akan mendengar suara sepersekian detik lebih dulu dari telinga kiri (prinsip jarak antara source ke destination, telinga kanan lebih dekat ke pemain bass di kanan). Setuju?
Ini merupakan sifat natural dari suara dan kondisi kita saat mendengarkan musik. Apakah saat kita nonton konser itu yang main gitar tepat di sebelah kiri kita kayak orang bisik2? No way kan?
Jadi sebenarnya pemanfaatan headphone sangatlah buruk untuk urusan staging. Mengapa? Karena pada headphone, apa yang didengar oleh telinga kiri tidak ikut terdengar oleh telinga kanan (dan juga sebaliknya). Ini merupakan sifat alamiah yang sangat tidak natural. Bagi beberapa orang yang tidak terbiasa, efek ini bisa membuat pusing (karena otak tidak terbiasa mendengar/menerima impuls dalam waktu lama yang tidak sinkron - telinga kiri dan kanan menerima sinyal yang berbeda jauh - mungkin mirip dengan kenyamanan seseorang yang bisa terganggu ketika telepon lama2 - terlepas dari teleponnya anget kalo dipake lama).
Jadi apakah headphone lebih jelek dari speaker? Tunggu dulu...
Para ilmuwan menemukan alternatif bahwa mereka bisa mengemulasi efek yang terjadi pada speaker untuk diaplikasikan pada headphone. Coba liat headphone amplifier sangat banyak yang menyertakan feature crossfeed atau pada software/soundcard sering ditemukan istilah headphone virtualization atau HRTF (Head Related Transfer Function).
Sebenarnya yang dilakukan efek ini cukup sederhana... mereka mempelajari dispersi suara berdasarkan frekuensi dan melakukan blending sehingga ada bagian suara dari headphone sebelah kiri yang juga dikirim ke headphone sebelah kanan (dan juga sebaliknya) dengan diberikan perbedaan timing waktu (delay) dan juga tingkat loudness yang berbeda. Hal ini sudah kita bahas pada contoh sebelumnya pada live concert di mana telinga kiri dan kanan mendengar musik dengan tingkat kekerasan yang berbeda dan juga timing yang tidak sama.
Fungsi-fungsi inilah yang membuat headphone juga bisa menghadirkan efek staging... beberapa soundchip seperti CMedia atau Realtek bahkan menyediakan demo yang bisa membuat suara berputar ke depan belakang atas bawah (demo efek HRTF mereka).
So? Pilih speaker atau headphone untuk staging?
Basically, secara alami, speaker jelas sudah kodratnya mampu menghadirkan staging dan suasana live. Di mana ada banyak instrumen dan layering panggung yang membutuhkan depth, tidak hanya width saja. Efek alami di mana suara dari speaker kiri (dan juga kanan) akan terdengar di telinga kiri dan kanan (walaupun berbeda tingkat kekerasan dan juga timing) juga sudah pasti bisa disediakan oleh speaker tanpa perlu memusingkan kualitas algoritma virtualization-nya. So asalkan speakernya bagus, sudah pasti staging tambah "wah"... sebaliknya headphone bagus tidaklah cukup... mesti ada bantuan algoritma HRTF yang bagus juga agar stagingnya juga bisa ikut "wah"....
Headphone dengan teknologi virtualization-nya juga tidak kalah. Namun ini kembali ke algoritma virtualization-nya sehebat apa (masing-masing develop sendiri, ada Dolby, ada Creative, ada Sensaura, ada Aureal, etc)? Creative sendiri konon mengambil algoritma Aureal yang memang salah satu algoritma HRTF yang bagus di masanya. Di sisi lain, kalo untuk mendengarkan detail separasi (misal lagi main game macam CS, di mana kita mau mendengar langkah kaki lawan), dengan headphone akan jauh lebih baik karena kita bisa mendengar lebih fokus (justru dalam kondisi ini akan lebih baik jika telinga yang mendengar adalah salah satu saja - agar otak lebih mudah mencerna sebenarnya musuh ada di kanan atau di kiri). Ini juga salah satu bagian dari efek staging, namun agak berbeda dibandingkan dengan aplikasi musik live seperti contoh speaker di atas.
Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa headphone sedang "mengejar" speaker dalam hal menghadirkan staging dan headphone yang bagus tanpa algoritma virtualization yang oke adalah mubazir. Tidak heran jika para pembuat algoritma ini menjadikan speaker sebagai acuan dalam pembuatan algoritma virtualization mereka... So? apakah yang dikejar harusnya yang lebih baik? Silakan dijawab sendiri...
Semoga enggak pada bingung lagi ributin bagusan mana stagingnya hehehe...
What is A Mason?
A Mason is a Man and a Brother, whose trust is in God
He meets you on the Level and acts upon the Square
Truth is his compass and he is ever plumb
He has a true Grip of all that is Rite
He is loyal to his Order and whatever his Degree
He is Master of himself
In the lodge of life he wears unstained the White Lambskin of innocence
On his Initiation as an Entered Apprentice he Travels ever East towards the Light of Wisdom
Until he receives the final, the Divine Password that admits him into
the Ineffable Presence of the Eternal Supreme Grand Master of the Universe
He meets you on the Level and acts upon the Square
Truth is his compass and he is ever plumb
He has a true Grip of all that is Rite
He is loyal to his Order and whatever his Degree
He is Master of himself
In the lodge of life he wears unstained the White Lambskin of innocence
On his Initiation as an Entered Apprentice he Travels ever East towards the Light of Wisdom
Until he receives the final, the Divine Password that admits him into
the Ineffable Presence of the Eternal Supreme Grand Master of the Universe
GOD
Jejak Kaki
Suatu malam seorang bermimpi. Dia bermimpi berjalan bersama Tuhan di sepanjang tepian pantai. Di ujung langit sana tergambar peristiwa - peristiwa dari kehidupannya. Di setiap kejadian dia memperhatikan ada dua pasang jejak kaki di permukaan pasir. Satu pasang miliknya dan satu pasang lagi adalah jejak kaki Tuhan. Pada penayangan akhir dari peristiwa hidupnya dia kembali melihat jejak kaki di permukaan pasir itu.Dia memperhatikan bahwa banyak di dalam kehidupannya di mana hanya terdapat satu jejak kaki,
Dia memperhatikan bahwa saat-saat itu adalah saat-saat genting dan penuh kesedihan. Hal itu sungguh membingungkannya. Ia pun bertanya kepada Tuhan tentang hal ini. "Tuhan, Engkau berkata bahwa sekali aku memutuskan untuk mengikutiMu, Engkau akan berjalan selamanya bersamaku. Tetapi aku juga memperhatikan, pada masa aku mengalami kesukaran dalam hidup, aku melihat hanya ada satu pasang jejak kaki. Aku sungguh tidak mengerti mengapa di saat-saat aku membutuhkanMu, Engkau justru meninggalkanku." Tuhan menjawab,"AnakKu yang Kukasihi, Aku mengasihimu dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Pada saat-saat engkau mengalami pencobaan dan penderitaan, saat di mana engkau melihat hanya ada satu pasang jejak kaki, itulah saat di mana Aku menggendong engkau."
Dia memperhatikan bahwa saat-saat itu adalah saat-saat genting dan penuh kesedihan. Hal itu sungguh membingungkannya. Ia pun bertanya kepada Tuhan tentang hal ini. "Tuhan, Engkau berkata bahwa sekali aku memutuskan untuk mengikutiMu, Engkau akan berjalan selamanya bersamaku. Tetapi aku juga memperhatikan, pada masa aku mengalami kesukaran dalam hidup, aku melihat hanya ada satu pasang jejak kaki. Aku sungguh tidak mengerti mengapa di saat-saat aku membutuhkanMu, Engkau justru meninggalkanku." Tuhan menjawab,"AnakKu yang Kukasihi, Aku mengasihimu dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Pada saat-saat engkau mengalami pencobaan dan penderitaan, saat di mana engkau melihat hanya ada satu pasang jejak kaki, itulah saat di mana Aku menggendong engkau."
Minggu, 08 Januari 2012
Menyiasati Tonal Balance yang Kadang Berubah
Mengapa kualitas/tonal
balance suara dari set yang ada kadang berubah? Suatu saat anda selesai
memasang dan mentuning sistem sampai pada hasil maksimal, yaitu suara
yang sudah memuaskan sesuai dengan tuntutan kuping high end anda
sendiri. Di sini, anda tentu harus memperhatikan beberapa hal.
Contohnya, lihatlah konfigurasi keseluruhan set anda mulai dari susunan
equipment pada rak sampai bagaimana anda menarik atau menghubungkan
kabel – kabel, baik interconnect maupun power cord. Bisa terjadi setelah
beberapa hari suara dari set anda berubah lebih baik atau justru tak
sebaik yang lalu. Mengapa bisa demikian?
Anda jangan bingung, grogi, dan penasaran lalu minta advice ke penjual yang pada akhirnya memaksa anda mengeluarkan uang lagi. Perlu anda ketahui setiap perlengkapan pada equipment anda bisa berfungsi sebagai fine tuning untuk memperbaiki atau menaikkan kualitas set yang terpasang. Kita bahas satu per satu sebagai berikut:
1. Kaki Karet
Di bawah equipment sebagai isolator dan memblok getaran dari bawah/base agar tidak naik ke equipment. Sebaliknya, resonansi dari equipment tertahan dan tidak turun ke base. Efek yang terjadi suara lebih tebal di semua frekuensi. Cymbal lebih berat, mid lebih ada bodi, dan bass pendek. Kaki karet ini dibutuhkan bila tonal balance set anda terdengar light, mid kurang focu /weight, serta mid bass dan cymbal terasa tipis.
2. Kaki spike/tiptoes
Menahan getaran dari base dengan menurunkan energi resonansi dari atas / equipment lewat satu titik. Efek yang terjadi, suara lebih ringan, frekuensi atas /bawah lebih luas, mid lebih transparan, cymbal ringan dan lepas. Namun bila berlebihan suara menjadi tipis dan kurus. Bisa dipakai pengganti kaki karet bila tonal balance terlalu berat dengan ciri-ciri staging sempit, suara tebal/berat dan kurang lepas, dan over liquid pada mid.
3. Dasar/base
Di bawah equipment bisa memakai kayu, akrilik/kaca, atau bahan khusus yang sudah dirancang. Biasanya mempunyai ketebalan 1” hingga 3”. Dianjurkan jangan menumpuk langsung dasaran tersebut di atas rak atau dasaran lain. Usahakan pakai satu lapis dasaran untuk satu equipment. Bila terpaksa, harus ada dua dasaran yang dipisah dengan memakai isolator karet atau tiptoes. Hal ini perlu untuk mendapatkan ambient yang biasanya muncul/didapat dari hasil interaksi antara resonansi equipment dan dasaran. Jadi, dasaran jangan dibuat menjadi over damp. Resonansinya kita atur agar meningkatkan kualitas equipment yang ada.
4. Kabel interconnect
Jauhkan dari arus listrik. Pasang antar equipment kalau memungkinkann floating atau seminim mungkin menyentuh lantai untuk meminimalkan damper effect.
5. Kabel speaker terpasang
Perhatikan polaritasnya. Panjang kabel dari amplifier ke speaker jangan tegang/tertarik. Usahakan lewat lantai naik ke atas di belakang speaker. Kabel speaker yang tergantung menimbulkan efek suara menjadi light, bass tipis, dan kurang berbobot.
6. Power cord
Diatur agar tidak saling silang/sentuh. Kabel tidak digulung, tapi ditarik relaks sampai ke outlet listrik. Mulai dari source biarkan kabel menyentuh lantai yang umumnya 20%-30% karena letak source biasanya paling atas dari semua equipment. Kabel dari preamp yang menyentuh lantai sampai 50%-60%. Kabel power amp boleh 70%-80%. Perhatikan juga polaritasnya.
Adapun hubungannya dengan pertanyaan di atas sekaligus sebagai jawaban sebagai berikut:
1. Tergesernya kabel-kabel terutama power cord ketika membersihkan lantai
2. Tergesernya equipment terhadap kaki dan base tanpa disadari
Dengan demikian, tonal balance pun berubah. Seperti yang dianjurkan, perhatikan jalur-jalur kabel anda. Kalau sudah bagus beri tanda. Demikian pula dengan pemasangan kaki tambahan pada equipment.
Kalau anda belum tahu pasti bagaimana tonal balance yang benar, ikuti tips berikut ini.
Untuk mengetahui bagaimana hasil suara yang extreme light, anda bisa memasang tiptoes pada semua equipment, semua kabel diganjal/digantung dibuat mengambang tidak menyentuh apapun, termasuk kabel speaker. Hasilnya, suara light, high frequency lepas terbang, mid transparan, tetapi tipis dan kurus. Nadanya seolah-olah naik karena lower mid menipis, bass bisa lebih rendah tetapi bobot dan impactnya kurang. Detail dan clarity lebih jelas. Stage tinggi, lebar, dan open. Keseluruhan suara dengan karakter seperti ini biasanya kurang musical, cenderung analitikal/cleanical, dan kurus.
Anda dengarkan beberapa lagu lalu secara drastic anda ubah formasinya. Lepas semua tiptoes dan kembalikan pada kaki original (umumnya karet). Kabel-kabel sentuhkan ke lantai sebanyak mungkin, termasuk kabel speaker. Anda pun mendengar suara yang dihasilkan menjadi lebih berat/berbobot, agak dark, vokal menebal, tapi kurang transparan dan clear, serta stage yang menurun. Bass berbobot, impact bagus, tetapi bass rendah kurang eksis.
Pada set ini secara umum musikalitasnya lebih baik dan lebih warm. Anda dengar dengan lagu yang sama sehingga dapat mengetahui perbedaannya.
Dari dua kutub yang berbeda itu, kita buat kriteria yang mencakup semua aspek positif. Mulai dari midrange yang berbobot tapi clear dan transparan, hi frequency tidak tipis tapi lepas, bass berbobot, serta balance antara upper bass, mid bass, dan lower bass. Stage tinggi, open, clear, dan detail.
Dibutuhkan talenta untuk mentweaking equipment dan mengatur jalur kabel-kabel sekaligus menentukan seberapa banyak yang bersentuhan dengan lantai (catatan: semakin banyak yang bersentuhan dengan lantai maka efek sebagai damper akan semakin besar, sehingga berpengaruh pada tonal balance). Pemakaian tiptoes langsung pada bodi equipment disarankan tidak pada semua, karena pada umumnya hanya source dan speaker. Untuk speaker kecil, tiptoes cukup pada standnya saja.
Anda jangan bingung, grogi, dan penasaran lalu minta advice ke penjual yang pada akhirnya memaksa anda mengeluarkan uang lagi. Perlu anda ketahui setiap perlengkapan pada equipment anda bisa berfungsi sebagai fine tuning untuk memperbaiki atau menaikkan kualitas set yang terpasang. Kita bahas satu per satu sebagai berikut:
1. Kaki Karet
Di bawah equipment sebagai isolator dan memblok getaran dari bawah/base agar tidak naik ke equipment. Sebaliknya, resonansi dari equipment tertahan dan tidak turun ke base. Efek yang terjadi suara lebih tebal di semua frekuensi. Cymbal lebih berat, mid lebih ada bodi, dan bass pendek. Kaki karet ini dibutuhkan bila tonal balance set anda terdengar light, mid kurang focu /weight, serta mid bass dan cymbal terasa tipis.
2. Kaki spike/tiptoes
Menahan getaran dari base dengan menurunkan energi resonansi dari atas / equipment lewat satu titik. Efek yang terjadi, suara lebih ringan, frekuensi atas /bawah lebih luas, mid lebih transparan, cymbal ringan dan lepas. Namun bila berlebihan suara menjadi tipis dan kurus. Bisa dipakai pengganti kaki karet bila tonal balance terlalu berat dengan ciri-ciri staging sempit, suara tebal/berat dan kurang lepas, dan over liquid pada mid.
3. Dasar/base
Di bawah equipment bisa memakai kayu, akrilik/kaca, atau bahan khusus yang sudah dirancang. Biasanya mempunyai ketebalan 1” hingga 3”. Dianjurkan jangan menumpuk langsung dasaran tersebut di atas rak atau dasaran lain. Usahakan pakai satu lapis dasaran untuk satu equipment. Bila terpaksa, harus ada dua dasaran yang dipisah dengan memakai isolator karet atau tiptoes. Hal ini perlu untuk mendapatkan ambient yang biasanya muncul/didapat dari hasil interaksi antara resonansi equipment dan dasaran. Jadi, dasaran jangan dibuat menjadi over damp. Resonansinya kita atur agar meningkatkan kualitas equipment yang ada.
4. Kabel interconnect
Jauhkan dari arus listrik. Pasang antar equipment kalau memungkinkann floating atau seminim mungkin menyentuh lantai untuk meminimalkan damper effect.
5. Kabel speaker terpasang
Perhatikan polaritasnya. Panjang kabel dari amplifier ke speaker jangan tegang/tertarik. Usahakan lewat lantai naik ke atas di belakang speaker. Kabel speaker yang tergantung menimbulkan efek suara menjadi light, bass tipis, dan kurang berbobot.
6. Power cord
Diatur agar tidak saling silang/sentuh. Kabel tidak digulung, tapi ditarik relaks sampai ke outlet listrik. Mulai dari source biarkan kabel menyentuh lantai yang umumnya 20%-30% karena letak source biasanya paling atas dari semua equipment. Kabel dari preamp yang menyentuh lantai sampai 50%-60%. Kabel power amp boleh 70%-80%. Perhatikan juga polaritasnya.
Adapun hubungannya dengan pertanyaan di atas sekaligus sebagai jawaban sebagai berikut:
1. Tergesernya kabel-kabel terutama power cord ketika membersihkan lantai
2. Tergesernya equipment terhadap kaki dan base tanpa disadari
Dengan demikian, tonal balance pun berubah. Seperti yang dianjurkan, perhatikan jalur-jalur kabel anda. Kalau sudah bagus beri tanda. Demikian pula dengan pemasangan kaki tambahan pada equipment.
Kalau anda belum tahu pasti bagaimana tonal balance yang benar, ikuti tips berikut ini.
Untuk mengetahui bagaimana hasil suara yang extreme light, anda bisa memasang tiptoes pada semua equipment, semua kabel diganjal/digantung dibuat mengambang tidak menyentuh apapun, termasuk kabel speaker. Hasilnya, suara light, high frequency lepas terbang, mid transparan, tetapi tipis dan kurus. Nadanya seolah-olah naik karena lower mid menipis, bass bisa lebih rendah tetapi bobot dan impactnya kurang. Detail dan clarity lebih jelas. Stage tinggi, lebar, dan open. Keseluruhan suara dengan karakter seperti ini biasanya kurang musical, cenderung analitikal/cleanical, dan kurus.
Anda dengarkan beberapa lagu lalu secara drastic anda ubah formasinya. Lepas semua tiptoes dan kembalikan pada kaki original (umumnya karet). Kabel-kabel sentuhkan ke lantai sebanyak mungkin, termasuk kabel speaker. Anda pun mendengar suara yang dihasilkan menjadi lebih berat/berbobot, agak dark, vokal menebal, tapi kurang transparan dan clear, serta stage yang menurun. Bass berbobot, impact bagus, tetapi bass rendah kurang eksis.
Pada set ini secara umum musikalitasnya lebih baik dan lebih warm. Anda dengar dengan lagu yang sama sehingga dapat mengetahui perbedaannya.
Dari dua kutub yang berbeda itu, kita buat kriteria yang mencakup semua aspek positif. Mulai dari midrange yang berbobot tapi clear dan transparan, hi frequency tidak tipis tapi lepas, bass berbobot, serta balance antara upper bass, mid bass, dan lower bass. Stage tinggi, open, clear, dan detail.
Dibutuhkan talenta untuk mentweaking equipment dan mengatur jalur kabel-kabel sekaligus menentukan seberapa banyak yang bersentuhan dengan lantai (catatan: semakin banyak yang bersentuhan dengan lantai maka efek sebagai damper akan semakin besar, sehingga berpengaruh pada tonal balance). Pemakaian tiptoes langsung pada bodi equipment disarankan tidak pada semua, karena pada umumnya hanya source dan speaker. Untuk speaker kecil, tiptoes cukup pada standnya saja.
The Faithful Few
When the meeting’s called to order
and you look about the room
you’re sure to see some faces,
that from out the shadows loom.
They are always at the meeting,
and stay till it is through,
the ones that I would mention,
Are the Always Faithful Few.
They fill the vacant offices;
they are always on the spot,
No matter what’s the weather,
though it may be awful hot.
It may be dark and rainy,
but they are tried and true,
the ones that you rely on,
Are the Always Faithful Few.
There are a lot of worthy members,
who come when in the mood?
When everything’s convenient,
they can do a little good.
They’re a factor in the Order,
and are necessary, too,
But the ones who never fail us,
Are the Always Faithful Few?
If it were not for these faithful,
whose shoulders at the wheel,
Keep the Order moving onward,
without a halt or reel.
What would be the fate of Orders?
Who have so much to do,
they surely would go under,
But for the Faithful Few
and you look about the room
you’re sure to see some faces,
that from out the shadows loom.
They are always at the meeting,
and stay till it is through,
the ones that I would mention,
Are the Always Faithful Few.
They fill the vacant offices;
they are always on the spot,
No matter what’s the weather,
though it may be awful hot.
It may be dark and rainy,
but they are tried and true,
the ones that you rely on,
Are the Always Faithful Few.
There are a lot of worthy members,
who come when in the mood?
When everything’s convenient,
they can do a little good.
They’re a factor in the Order,
and are necessary, too,
But the ones who never fail us,
Are the Always Faithful Few?
If it were not for these faithful,
whose shoulders at the wheel,
Keep the Order moving onward,
without a halt or reel.
What would be the fate of Orders?
Who have so much to do,
they surely would go under,
But for the Faithful Few
The Word
The word was never lost.
Merely forgotten or abandoned.
It is buried in the centuries.
Riches deep wait near the surface.
We struggle forward,
Through temptation. Through distraction.
The shovels reveal a shallow darkness,
The unplumbed depths threaten.
Inside to find a jewel.
Born of the Earth, precious in truth.
It says nothing. It speaks volumes.
To the king we know waits.
The word is not there,
Where once it reposed.
Our sorrow deepens.
We return to the abyss.
Not so deep as first thought.
Not so Stygian as dull.
The jewel it shines light sublime,
We see a brother return.
The word is not forgotten,
It resides inside our breasts.
For the morning dew is as true,
As this we discover as happiness.
Our journey is obscure,
Worth more than any lucre.
We know the steps and how to trod,
Our lessons set the path.
The light remains,
Join with happy gifts.
Brothers offer hands,
To do the needed work.
The word not trite nor crude,
One word as stars above.
That one word has never left us.
When hidden, call it love.
Merely forgotten or abandoned.
It is buried in the centuries.
Riches deep wait near the surface.
We struggle forward,
Through temptation. Through distraction.
The shovels reveal a shallow darkness,
The unplumbed depths threaten.
Inside to find a jewel.
Born of the Earth, precious in truth.
It says nothing. It speaks volumes.
To the king we know waits.
The word is not there,
Where once it reposed.
Our sorrow deepens.
We return to the abyss.
Not so deep as first thought.
Not so Stygian as dull.
The jewel it shines light sublime,
We see a brother return.
The word is not forgotten,
It resides inside our breasts.
For the morning dew is as true,
As this we discover as happiness.
Our journey is obscure,
Worth more than any lucre.
We know the steps and how to trod,
Our lessons set the path.
The light remains,
Join with happy gifts.
Brothers offer hands,
To do the needed work.
The word not trite nor crude,
One word as stars above.
That one word has never left us.
When hidden, call it love.
Menjadi Cinta Sejati bagi Orang yang Dipilih
Suatu malam sebuah pertanyaan muncul di pikiranku.
Adakah cinta sejati? Bagaimana kau tahu bahwa orang yang kau cintai sekarang adalah cinta sejatimu? Lalu orang yang kukasihi berkata….. “Itu pertanyaan yang berat!”
Lalu ia mulai menceritakan suatu kisah dari seorang bijak yang pernah ia dengar:
Alkisah datanglah seorang anak menghadap ayahnya dan bertanya, “Ayah bagaimana aku bisa mencari dan menemukan cinta sejatiku? Lalu setelah aku menemukan satu yang aku sukai, bagaimana aku tahu kalau ia adalah cinta sejatiku?” Ayah yang bijak tersenyum menatap anaknya. dia menuntun anaknya ke suatu tempat; di tepi hutan yang lebat.
Sang Ayah lalu menunjuk ke arah hutan itu. “Anakku, masuklah ke dalam hutan di sebelah kananmu, pilihlah satu pohon yang kamu sukai. Setelah itu berjalanlah engkau hingga sampai ke tepi hutan yang lain. Ingatlah, setelah kamu memilih satu pohon, kamu tidak dapat memilih pohon yang lain, dan kamu harus terus berjalan maju tanpa boleh kembali berbalik kebelakang melalui jalan yang kamu sudah lalui.” Sang anak mengangguk mengerti dan memulai perjalanannya.
Di awal perjalanannya ia melihat beberapa pohon yang indah yang ia sukai bahkan ia menemukan pohon yang mendekati sempurna di tengah perjalanan, namun ia belum memutuskan untuk memilih, karena ia masih ingin tahu apa yang akan ia temukan di depan dan berharap untuk menemukan pohon yang lebih baik. Tapi hingga di akhir perjalanan ketika ia hampir tiba di tepi hutan, ia belum memilih dan pohon yang tersisa di hadapannya tak lagi indah, bahkan beberapa terlihat buruk. Akhirnya ia memutuskan untuk memilih satu pohon yang ia anggap terbaik dari antara pohon-pohon yang buruk. Ia merasa tidak puas namun ia harus memilih. ketika ia sampai di tepi hutan dan bertemu ayahnya dan menceritakan apa yang sudah ia alami. Ayah yang bijak hanya terenyum dan menyuruhnya masuk ke sisi hutan yang lain dan memberi anaknya kesempatan kedua untuk memilih dengan peraturan yang sama.
Dengan langkah yang cepat sang anak kembali masuk kedalam hutan dan berdasarkan pengalamannya, ia dengan cepat memilih pohon yang indah dan ia sukai di awal perjalanannya. Namun ia kembali kecewa ketika ia memasuki hutan lebih dalam, ia menemukan beberapa pohon yang lebih indah, lebih baik dan lebih sempurna. Namun sayangnya ia tidak bisa memilih lagi karena ia sudah terlanjur memilih di awal perjalannya tadi. Ia kembali menceritakan pengalamannya pada ayahnya yang sudah menunggunya di tepi hutan.
Lalu sang Ayah berkata, “Anakku…. Hutan ini adalah lingkup hidupmu. Perjalananmu di hutan bagaikan perjalanan hidupmu. Sepanjang perjalanan hidupmu, kamu akan menemukan banyak wanita (pria) disekitarmu. Kamu hanya bisa memilih satu dalam hidupmu. dan kamu tidak akan pernah tahu siapakah cinta sejatimu. Mungkin kau akan melewatkan beberapa yang indah untuk menemukan yang lebih baik sampai akhirnya di satu waktu kau kecewa karena tidak ada lagi gadis (pria) terindah yang bisa kau pilih menjadi pendamping hidupmu. Sehingga kamupun terpaksa harus memilih yang terbaik dari antara yang kurang kamu sukai. Atau bisa saja kamu sudah memilih yang kamu anggap terindah di satu waktu di tengah perjalanan hidupmu. Kau akan bahagia di satu waktu dengannya. Namun di masa berikutnya kau akan kembali kecewa karena kau melihat dan bertemu dengan orang2 yang lebih baik. Dan kau akan menyesal karena tidak sabar menunggu lebih lama untuk mendapatkan yang lebih baik Anakku, cinta sejati bukanlah berarti yang terbaik menurutmu, cinta sejati adalah pilihan terbaikmu di suatu masa hidupmu. bukanlah masalah kalau ia tidak sebaik orang di masa lalumu atau di masa depanmu. Pilihan, apabila sudah ditetapkan, adalah hal yang harus kau pertahankan sepanjang sisa hidupmu. terbaik atau tidak, indah atau buruk, bergantung pada pandanganmu dan caramu menilai. Maka itu, jadikanlah pilihanmu menjadi yang terbaik sepanjang hidupmu.
Janganlah terus mencari cinta sejati, tetapi jadilah cinta sejati bagi pasanganmu. Niscaya kau akan mendapatkan hidup yang lebih indah.
Anak itu meninggalkan ayahnya sambil terus berfikir tentang kata2 ayahnya. Ia memutuskan untuk menemukan pilihannya yang akan menjadi cinta sejatinya.
Teman….sudahkah kau menemukan cinta sejatimu? Dan maukah kau memutuskan untuk menjadi cinta sejati bagi orang yang sudah kau pilih
Adakah cinta sejati? Bagaimana kau tahu bahwa orang yang kau cintai sekarang adalah cinta sejatimu? Lalu orang yang kukasihi berkata….. “Itu pertanyaan yang berat!”
Lalu ia mulai menceritakan suatu kisah dari seorang bijak yang pernah ia dengar:
Alkisah datanglah seorang anak menghadap ayahnya dan bertanya, “Ayah bagaimana aku bisa mencari dan menemukan cinta sejatiku? Lalu setelah aku menemukan satu yang aku sukai, bagaimana aku tahu kalau ia adalah cinta sejatiku?” Ayah yang bijak tersenyum menatap anaknya. dia menuntun anaknya ke suatu tempat; di tepi hutan yang lebat.
Sang Ayah lalu menunjuk ke arah hutan itu. “Anakku, masuklah ke dalam hutan di sebelah kananmu, pilihlah satu pohon yang kamu sukai. Setelah itu berjalanlah engkau hingga sampai ke tepi hutan yang lain. Ingatlah, setelah kamu memilih satu pohon, kamu tidak dapat memilih pohon yang lain, dan kamu harus terus berjalan maju tanpa boleh kembali berbalik kebelakang melalui jalan yang kamu sudah lalui.” Sang anak mengangguk mengerti dan memulai perjalanannya.
Di awal perjalanannya ia melihat beberapa pohon yang indah yang ia sukai bahkan ia menemukan pohon yang mendekati sempurna di tengah perjalanan, namun ia belum memutuskan untuk memilih, karena ia masih ingin tahu apa yang akan ia temukan di depan dan berharap untuk menemukan pohon yang lebih baik. Tapi hingga di akhir perjalanan ketika ia hampir tiba di tepi hutan, ia belum memilih dan pohon yang tersisa di hadapannya tak lagi indah, bahkan beberapa terlihat buruk. Akhirnya ia memutuskan untuk memilih satu pohon yang ia anggap terbaik dari antara pohon-pohon yang buruk. Ia merasa tidak puas namun ia harus memilih. ketika ia sampai di tepi hutan dan bertemu ayahnya dan menceritakan apa yang sudah ia alami. Ayah yang bijak hanya terenyum dan menyuruhnya masuk ke sisi hutan yang lain dan memberi anaknya kesempatan kedua untuk memilih dengan peraturan yang sama.
Dengan langkah yang cepat sang anak kembali masuk kedalam hutan dan berdasarkan pengalamannya, ia dengan cepat memilih pohon yang indah dan ia sukai di awal perjalanannya. Namun ia kembali kecewa ketika ia memasuki hutan lebih dalam, ia menemukan beberapa pohon yang lebih indah, lebih baik dan lebih sempurna. Namun sayangnya ia tidak bisa memilih lagi karena ia sudah terlanjur memilih di awal perjalannya tadi. Ia kembali menceritakan pengalamannya pada ayahnya yang sudah menunggunya di tepi hutan.
Lalu sang Ayah berkata, “Anakku…. Hutan ini adalah lingkup hidupmu. Perjalananmu di hutan bagaikan perjalanan hidupmu. Sepanjang perjalanan hidupmu, kamu akan menemukan banyak wanita (pria) disekitarmu. Kamu hanya bisa memilih satu dalam hidupmu. dan kamu tidak akan pernah tahu siapakah cinta sejatimu. Mungkin kau akan melewatkan beberapa yang indah untuk menemukan yang lebih baik sampai akhirnya di satu waktu kau kecewa karena tidak ada lagi gadis (pria) terindah yang bisa kau pilih menjadi pendamping hidupmu. Sehingga kamupun terpaksa harus memilih yang terbaik dari antara yang kurang kamu sukai. Atau bisa saja kamu sudah memilih yang kamu anggap terindah di satu waktu di tengah perjalanan hidupmu. Kau akan bahagia di satu waktu dengannya. Namun di masa berikutnya kau akan kembali kecewa karena kau melihat dan bertemu dengan orang2 yang lebih baik. Dan kau akan menyesal karena tidak sabar menunggu lebih lama untuk mendapatkan yang lebih baik Anakku, cinta sejati bukanlah berarti yang terbaik menurutmu, cinta sejati adalah pilihan terbaikmu di suatu masa hidupmu. bukanlah masalah kalau ia tidak sebaik orang di masa lalumu atau di masa depanmu. Pilihan, apabila sudah ditetapkan, adalah hal yang harus kau pertahankan sepanjang sisa hidupmu. terbaik atau tidak, indah atau buruk, bergantung pada pandanganmu dan caramu menilai. Maka itu, jadikanlah pilihanmu menjadi yang terbaik sepanjang hidupmu.
Janganlah terus mencari cinta sejati, tetapi jadilah cinta sejati bagi pasanganmu. Niscaya kau akan mendapatkan hidup yang lebih indah.
Anak itu meninggalkan ayahnya sambil terus berfikir tentang kata2 ayahnya. Ia memutuskan untuk menemukan pilihannya yang akan menjadi cinta sejatinya.
Teman….sudahkah kau menemukan cinta sejatimu? Dan maukah kau memutuskan untuk menjadi cinta sejati bagi orang yang sudah kau pilih
Ingin membeli amplifier tabung?
Mengapa memilih amplifier tabung? Bukankah itu teknologi usang di era
digital saat ini? Mungkin alasan anda sederhana saja: kualitas suara
yang excellent! Namun jika anda baru mulai menggunakan amplifier tabung,
mungkin uraian singkat ini bisa bermanfaat.
Penampilan
Sebagian besar amplifier tabung meletakkan tabung-tabung di atas sasis. Hati-hati jika memiliki anak kecil yang cenderung menyentuh apa saja yang baru dilihatnya.
Sasis
Pilih amplifier yang menggunakan sasis kokoh. Jika menggunakan pelat logam, paling tidak memiliki ketebalan 2 mm. Tabung sangat mudah mengalami gangguan vibrasi yang diakibatkan pelat yang terlalu tipis. Pelat tembaga merupakan bahan terbaik untuk sasis.
Tabung
Komponen ini sangat menentukan warna suara amplifier. Bahkan untuk jenis yang sama, beda merek bisa berbeda suara. Sehingga, kegiatan menukar tabung (tube-rolling) menjadi mengasyikkan. Ini tak bisa dilakukan pada amplifier transistor. Tabung memiliki umur (masa pakai). Pertimbangkanlah apakah anda akan mudah mendapatkan tabung pengganti ketika dibutuhkan. Penggunaan tabung yang masih diproduksi hingga saat ini tentu membuat anda merasa aman. Namun, tabung produksi lama, yang dibuat di era keemasan tabung, rata-rata bersuara lebih bagus. Tabung produksi lama masih bisa diperoleh saat ini, bahkan yang dibuat pada tahun 1920 dan tidak diproduksi lagi saat ini! Satu-satunya masalah adalah harga tabung produksi lama itu sangat mahal, bisa mencapai 60 juta per buah!!!
Konfigurasi
Beberapa amplifier tabung menggunakan konfigurasi single-ended, sedangkan beberapa lainnya push-pull. Para audiophile biasanya menganggap amplifier single ended bersuara lebih baik, tetapi daya keluarannya terbatas dan membutuhkan speaker berefisiensi tinggi. Masalahnya, speaker di era transistor dan IC saat ini kebanyakan memiliki efisiensi rendah. Jika anda baru mulai, saya sarankan memilih amplifier push-pull dengan output 35 watt ke atas. Ini akan mengurangi beban “sakit kepala” anda saat mencari speaker yang cocok. Jika sudah terbiasa dengan suara tabung, kelak anda mungkin beralih ke amplifier jenis single ended.
Output Transformer
Komponen yang paling kritis dan menentukan kualitas suara amplifier tabung. Merek-merek seperti Magnequest, Tamura, Lundahl, Electra Print, atau Tango merupakan jaminan kualitas tinggi, tetapi harganya juga lebih mahal. Output transformer tidak boleh panas saat bekerja.
Power Transformer
Komponen ini harus bekerja “rileks”. Semakin panas saat disentuh, berarti bekerja terlalu keras dan kualitasnya menurun. Power transformer yang oversized akan menghasilkan kualitas suara yang lebih bagus.
Pemasangan komponen
Penggunaan point-to-point wiring menghasilkan kualitas yang lebih bagus ketimbang PCB dan memudahkan jika ingin mengganti komponen. Jalur tembaga pada PCB tidak sebaik kualitas kabel yang digunakan pada point-to-point wiring.
Komponen lain
Komponen selain tabung dan transformer memiliki pengaruh yang jauh lebih kecil terhadap kualitas suara. Namun demikian, coupling capacitor mempunyai pengaruh yang juga signifikan terhadap kualitas suara dibandingkan resistor, kabel, soket, terminal, dan lain-lain. Merek-merek seperti AudioNote, Jensen, VH Cap, Auricap, Mundorf, Hovland merupakan very high grade capacitor untuk keperluan coupling
Speaker
Jika anda menggunakan amplifier tabung, usahakan mencari speaker dengan sensitivitas minimal 89 dB. Tentu saja lebih tinggi akan lebih baik. Jika anda menggunakan speaker dengan sensitivitas 105 dB, anda memiliki kesempatan untuk menggunakan amplifier tabung berdaya keluaran lebih rendah (di bawah 10 watt) yang pada umumnya bersuara lebih indah ketimbang yang berdaya keluaran tinggi.
Penampilan
Sebagian besar amplifier tabung meletakkan tabung-tabung di atas sasis. Hati-hati jika memiliki anak kecil yang cenderung menyentuh apa saja yang baru dilihatnya.
Sasis
Pilih amplifier yang menggunakan sasis kokoh. Jika menggunakan pelat logam, paling tidak memiliki ketebalan 2 mm. Tabung sangat mudah mengalami gangguan vibrasi yang diakibatkan pelat yang terlalu tipis. Pelat tembaga merupakan bahan terbaik untuk sasis.
Tabung
Komponen ini sangat menentukan warna suara amplifier. Bahkan untuk jenis yang sama, beda merek bisa berbeda suara. Sehingga, kegiatan menukar tabung (tube-rolling) menjadi mengasyikkan. Ini tak bisa dilakukan pada amplifier transistor. Tabung memiliki umur (masa pakai). Pertimbangkanlah apakah anda akan mudah mendapatkan tabung pengganti ketika dibutuhkan. Penggunaan tabung yang masih diproduksi hingga saat ini tentu membuat anda merasa aman. Namun, tabung produksi lama, yang dibuat di era keemasan tabung, rata-rata bersuara lebih bagus. Tabung produksi lama masih bisa diperoleh saat ini, bahkan yang dibuat pada tahun 1920 dan tidak diproduksi lagi saat ini! Satu-satunya masalah adalah harga tabung produksi lama itu sangat mahal, bisa mencapai 60 juta per buah!!!
Konfigurasi
Beberapa amplifier tabung menggunakan konfigurasi single-ended, sedangkan beberapa lainnya push-pull. Para audiophile biasanya menganggap amplifier single ended bersuara lebih baik, tetapi daya keluarannya terbatas dan membutuhkan speaker berefisiensi tinggi. Masalahnya, speaker di era transistor dan IC saat ini kebanyakan memiliki efisiensi rendah. Jika anda baru mulai, saya sarankan memilih amplifier push-pull dengan output 35 watt ke atas. Ini akan mengurangi beban “sakit kepala” anda saat mencari speaker yang cocok. Jika sudah terbiasa dengan suara tabung, kelak anda mungkin beralih ke amplifier jenis single ended.
Output Transformer
Komponen yang paling kritis dan menentukan kualitas suara amplifier tabung. Merek-merek seperti Magnequest, Tamura, Lundahl, Electra Print, atau Tango merupakan jaminan kualitas tinggi, tetapi harganya juga lebih mahal. Output transformer tidak boleh panas saat bekerja.
Power Transformer
Komponen ini harus bekerja “rileks”. Semakin panas saat disentuh, berarti bekerja terlalu keras dan kualitasnya menurun. Power transformer yang oversized akan menghasilkan kualitas suara yang lebih bagus.
Pemasangan komponen
Penggunaan point-to-point wiring menghasilkan kualitas yang lebih bagus ketimbang PCB dan memudahkan jika ingin mengganti komponen. Jalur tembaga pada PCB tidak sebaik kualitas kabel yang digunakan pada point-to-point wiring.
Komponen lain
Komponen selain tabung dan transformer memiliki pengaruh yang jauh lebih kecil terhadap kualitas suara. Namun demikian, coupling capacitor mempunyai pengaruh yang juga signifikan terhadap kualitas suara dibandingkan resistor, kabel, soket, terminal, dan lain-lain. Merek-merek seperti AudioNote, Jensen, VH Cap, Auricap, Mundorf, Hovland merupakan very high grade capacitor untuk keperluan coupling
Speaker
Jika anda menggunakan amplifier tabung, usahakan mencari speaker dengan sensitivitas minimal 89 dB. Tentu saja lebih tinggi akan lebih baik. Jika anda menggunakan speaker dengan sensitivitas 105 dB, anda memiliki kesempatan untuk menggunakan amplifier tabung berdaya keluaran lebih rendah (di bawah 10 watt) yang pada umumnya bersuara lebih indah ketimbang yang berdaya keluaran tinggi.
Komponen Penentu Kualitas Suara Ampli Tabung
Komponen apa yang paling menentukan kualitas sebuah
amplifier tabung?
Pertama, menurut saya, sekitar 50% kualitas suara amplifier tabung
ditentukan oleh Output Transformer (OT). Amplifier OTL tidak termasuk dalam hal
ini. Yang saya maksud di sini hanyalah amplifier tabung yang menggunakan OT.
Mengapa? Jawabnya, semua hasil penguatan sebuah amplifier pada akhirnya
ditransfer oleh OT ke speaker. Cukup banyak loss yang terjadi di sini. Itu
sebabnya harga OT bisa mengambil porsi terbesar dari biaya pembuatan sebuah
amplifier tabung. Lalu apa yang menentukan perbedaan kualitas suara setiap OT?
Jenis dan kualitas inti (kern), jenis dan kualitas kawat, serta teknik
penggulungan akan membedakan kualitas OT. Inti amorphous misalnya, menghasilkan
kualitas repro frekuensi tinggi yang sangat bagus dan halus, tetapi cenderung
lemah di repro bass. Inti Hi-B sebaliknya menghasilkan bass yang kuat, tetapi
banyak loss pada frekuensi tinggi. Sedangkan bahan permalorry di antara keduanya.
Semakin
jelek kualitas inti semakin banyak roll-off terjadi pada frekuensi tinggi.
Sedangkan kualitas kawat menentukan detail suara yang dihasilkan. Bahan perak
akan menghasilkan detail yang sangat bagus, tetapi bahan tembaga cenderung
lebih musical. Teknik interleaving saat penggulungan juga akan menentukan
kualitas OT. Sayang sekali di Indonesia
saat ini sulit dijumpai bahan inti dan kawat yang bagus untuk OT. Itu
sebabnya banyak OT local yang pernah saya coba walau cukup bagus dalam repro
mid dan vocal, terlalu banyak roll-off pada frekuensi tinggi dan kalah detail
dibanding OT Jepang, Inggris, atau USA. OT buatan China merupakan perkecualian
karena suaranya lebih kasar dibandingkan OT local. Saya masih terus berharap
semoga keterbatasan bahan baku dapat diatasi oleh rekan-rekan perancang OT
local dengan teknik penggulungan yang baik, sehingga kelak saya tidak harus
membeli OT impor yang berlipat kali lebih mahal.
Kedua,
sekitar 40% kualitas suara amplifier tabung ditentukan oleh tabung-tabung yang
digunakan. Mengenai hal ini tentu banyak rekan-rekan pemain audio high end yang
telah memaklumi. Saya menemukan bahwa amplifier yang menggunakan tabung triode
bersuara lebih bagus daripada pentode dengan asumsi sama-sama didesain dengan
baik. Menurut saya, tabung berdaya keluaran rendah justru bersuara lebih bagus
dibandingkan dengan tabung berdaya keluaran lebih tinggi, tetapi dengan
trade-off kesulitan dalam menemukan pasangan speaker yang berefisiensi tinggi.
Tabung
input/driver juga sangat menentukan warna suara sebuah amplifier tabung
daripada tabung akhir (final/output/power stage). Eksperimen saya menunjukkan
jenis direct heated triode (10Y, 45, 2A3, dan sebagainya) merupakan driver
dengan kualitas suara terbaik. Sayangnya, lebih sulit dalam desain karena
rentan gangguan dengung selain kapasitas arus yang biasanya terbatas. Jenis
indirect heated triode (6SN7, 5687, 12AX7, dan lain-lain) atau pentode (6SJ7,
EL84, EL34) merupakan driver favorit karena pengerjaannya lebih mudah. Saya
juga menemui tabung dengan nilai Mju rendah cenderung lebih luwes dan lebih
rileks, tetapi kerugiannya yaitu cenderung memerlukan lebih dari satu tahap
penguatan dan itu artinya tambahan kolorasi pada reproduksi suara.
Tentu
saja merek tabung juga menentukan kualitas suara, tepatnya warna suara sebuah
amplifier tabung. Namun akan lebih mudah bagi pengguna untuk mengganti tabung
dengan berbagai merek untuk mencari warna suara yang paling sesuai dengan
seleranya. Oops, selera? Ya, pada akhirnya pilihan kita akan ditentukan oleh
preferensi kita terhadap karakter suara sebuah amplifier. Berbagai parameter
tentang definisi high-end atau suara yang natural toh tidak ada standarnya.
Terakhir,
10% kualitas suara amplifier tabung ditentukan oleh komponen lainnya, baik
coupling capacitor, resistor, power supply, kabel, sasis, dan lain-lain. Di
antara komponen tersebut, coupling capacitor dan power supply yang paling
menentukan kualitas suara, tapi hanya 10%!!. Ya, hanya 10%. Jadi anda
menghamburkan uang untuk membeli kapasitor Audionote Silver Foil, kapasitor
Black Gate WKZ, kabel Kimber silver, resistor Shinkoh Tantalum, soket Yamamoto,
timah Siltech, dan konektor WBT top of the line apabila akhirnya menggunakan OT
dan tabung-tabung berkualitas rendah.
Anda
boleh sependapat atau tidak dengan apa yang telah saya kemukakan. Karena tentu
saja opini setiap individu bisa berbeda berdasarkan apa yang pernah kita
rasakan atau alami sendiri. Jadi tetaplah Trust Your Ears!
Minggu, 01 Januari 2012
BoA Came to Indonesia
Kedatangan BoA pada 16 - 17 Desember 2004 atas undangan dari Embassy of the Republic of Korea dan PT. Samsung Electronics Indonesia (SEIN) dalam rangka memperingati persahabatan Indonesia - Korea dan juga memeriahkan acara AMI Samsung Awards 2004.
Langganan:
Postingan (Atom)